Dulu, konsep penghormatan terhadap anak laki-laki agak besar, dan bahwa seorang menantu harus bisa memenuhi segala keinginan ibu mertua. Bahkan sampai sekarang, masih ada beberapa individu di beberapa tempat yang juga mengadopsi konsep lama ini, yang membuat kehidupan keluarga terasa amat berat bagi seorang menantu wanita, dan cepat atau lambat keluarga itu akan menjadi berantakan.
Adalah seorang wanita, bernama Lisa, yang berusia 25 tahun. Setelah menikah dia melahirkan seorang putri cantik di bulan Oktober lalu.
Saat bayinya lahir dan dia diberi makanan penambah stamina di rumah sakit, ibu mertua dan suaminya kurang senang, terutama ibu mertuanya, yang bergumam, “Adalah hal yang wajar untuk melahirkan, bukan masalah besar. Karena itu, tidak perlu tinggal di rumah sakit, besok juga sudah bisa pulang.”
Mendengar kata-kata ibu mertuanya yang tidak berperasaan, Lisa sangat sedih, dia berharap bisa ditemani oleh ibu kandungnya, karena dengan begitu semuanya akan lebih baik bagi dirinya maupun bayinya.
Keesokan harinya, ibu mertuanya menyuruh anaknya pulang dari rumah sakit. Dia juga mengatakan kepada Lisa: “Di rumah lebih nyaman daripada rumah sakit.”
Ketika suaminya meminta supaya istrinya keluar dari rumah sakit, dokter memintanya untuk tinggal selama beberapa hari, untuk menjaga situasi serta memantau kondisi ibu dan bayinya, jadi akan lebih baik bagi ibu dan bayi yang baru lahir itu.
Namun, ibu mertua dan suaminya tidak setuju, menuntut supaya Lisa secepatnya keluar dari rumah sakit.
“Bayi yang baru lahir, di rumah juga bisa dirawat, setiap satu hari di rumah sakit sama saja membuang uang ekstra untuk biaya kamar, seperti kami sudah tidak punya rumah untuk ditinggali si bayi saja,” kata ibu mertuanya.
Namun, setelah kembali ke rumah, Lisa tidak bisa beristirahat. Sering dikatakan, “wanita harus berpantang setelah melahirkan”.
Setelah melahirkan, tubuh wanita tersebut kehilangan banyak energi, perlu waktu untuk pulih kembali, perlu mendapat banyak asupan gizi.
Tapi tidak dengan Lisa, justru sebaliknya, setelah melahirkan dan pulang ke rumah, dia harus langsung kembali mengurus dapur untuk memasak, melakukan pekerjaan rumah tangga,…
Saat bayinya menangis, dia merasa tidak berdaya, sibuk mengurus pekerjaan rumah sambil harus sibuk mengurus anaknya.
Keluarganya juga tidak mau menyewa pembantu, menganggap bahwa pekerjaan rumah itu mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja yang ada di rumah, menyewa pembantu sama dengan membuang uang karena malas.
Sekalipun tahu bahwa istrinya setiap hari harus bekerja keras, suaminya dengan seenaknya berkata “Sebelumnya, semua wanita juga selalu seperti itu, termasuk ibuku juga, dulu setelah melahirkan dia hanya tinggal di rumah.”
Mendengarkan kata-kata suaminya, Lisa hanya diam dan tidak merespons apa pun. Pada saat ini dia memikirkan orangtua kandungnya, dia segera memanggil ibunya dalam hatinya, ingin benar-benar meminta ibu kandungnya menemaninya di sini, namun takut menimbulkan masalah dengan ibu mertuanya.
Setelah hari-hari sulit, selesai memasak nasi dan sayur, dia merasa tidak enak badan, rasanya sangat tidak nyaman dan lelah.
Dia mengatakan kepada suaminya bahwa makanan sudah siap dan menyuruh suami serta ibu mertuanya untuk makan, lalu dia sendiri tidak makan, dia masuk kamar dan langsung ambruk di atas kasur .
Sementara suami dan ibu mertuanya sedang makan, tiba-tiba terdengar bayinya menangis keras, bayi itu menangis terus.
Ibu mertua berteriak: “Bayinya menangis dan dia masih bisa tidur nyenyak, dasar wanita tidak berguna!”. Tapi Lisa tidak menjawab, dan anak itu masih terus menangis.
Suami dan ibu mertua tetap melanjutkan acara makannya. Setelah selesai makan, di tengah suara tangisan bayi, ibu mertua masih berteriak “Hei, waktunya cuci piring nih!” namun Lisa tidak juga menjawab.
Saat itu suaminya masuk ke kamar sambil memanggil istrinya. Dia sangat ketakutan melihat istrinya terbaring tak bergerak di tempat tidur, dia tidak bernapas. Si suami segera bergegas membawa istrinya ke rumah sakit untuk menjalani perawatan darurat.
Di IGD, Setelah dokter memeriksanya, dokter memberi tahu keluarga Lisa bahwa dia sudah meninggal.
Pemeriksaan lebih lanjut menemukan bahwa Lisa meninggal karena tubuhnya terlalu lemah, selain itu juga ada tanda yang menunjukkan bahwa dia mengalami kelelahan mental, yang akhirnya membuat jantungnya lemah.
Selesai mendengar kata-kata dokter, suaminya jatuh ke tanah, dia memeluk jasad istrinya sambil menangis: “Semuanya salahku, maafkan aku, aku salah …”
Segera setelah itu, orangtua Lisa tiba, mereka menemukan bahwa jasad putri mereka sudah dingin. Mereka pergi ke dokter untuk mengetahui penyebab kematian putrinya.
Setelah mendengar jawabannya, orangtua Lisa marah besar, ibunya marah dan menyebut keluarga suaminya bukan manusia, dan berteriak: “Kami akan menuntut kalian di pengadilan.”
Di sini, kita belajar sebuah pelajaran: Setelah melahirkan, tubuh wanita sangat lemah dan perlu diistirahatkan dan dirawat dengan baik, selain itu juga perlu makanan dan asupan gizi yang cukup.
Kita tidak bisa hidup sesuai dengan pemikiran kuno dari generasi sebelumnya. Bahwa setelah menikah, seorang wanita bisa diperlakukan semaunya oleh keluarga suami, karena saat menikah sudah ada upacara seserahan, yakni penyerahan si wanita ke keluarga suami.
Keluarga suami perlu mencintai menantu perempuannya seolah adalah anak perempuan di keluarga mereka sendiri. Jika demikian, maka kehidupan keluarga baru bisa harmonis, bahagia dan mungkin, tragedi seperti Lisa tidak akan terjadi.
Sumber: erabaru.net