Sejak resmi menjadi cawapres Jokowi, Ma'ruf seperti menurunkan wibawa, usia, pengalaman, ilmu agama dengan menjadi cawapres.
"Bayangkan ketua para ulama berbagai ormas!! Yang mengkoordinir dan mengomando para ulama se Indonesia untuk membimbing pemerintah dan umat dan memberikan tuntunan dan pegangan kepada umat sebagaimana sebelumnya saat beliau masih ketua MUI. Ini posisinya terbalik, harusnya KH. Maruf capres, Mas Jokowi cawapres. Itu baru bermartabat," tulis Moeflich H. Hart, Dosen UIN Sunan Gunung Djati, Bandung seperti dikutip INILAHCOM, Minggu (7/10/2018).
Selain itu kata Moeflich, menjadi politisi tentu saja derajat dan wibawanya lebih rendah dan menurun drastis dari seorang ulama apalagi dari ketua organisasi ulama dari sebuah bangsa yang besar.
"Kyai Maruf mulai mengatakan banyak yang dipaksakan dalam dirinya seperti akan mempromosikan dan mengembangkan Islam Nusantara. Itu bukan ucapan ulama," ungkapnya.
Ulama itu, harusnya akan menjaga Islam dan ajaran Rasulullah SAW karena ulama adalah jelas-jelas gelar dan tugasnya sebagai waratsatul anbiya, pelanjut perjuangan para nabi.
"Sedang Islam Nusantara sebagai ciri khas wilayah kebudayaan, itu urusan dunia, tak perlu diperjuangkan. Itu khazanah kebudayaan saja. Yang harus didakwahkan oleh ulama itu Islam ajaran nabi, bukan Islam karakeristik wilayah apalagi kalau karakteristik wilayah itu banyak yang tak sejalannya dengan ajaran Islam," tandasnya.[Ivs].
SUMBER : NUSANEWS