DUA TOKOH NON MUSLIM YANG PEDULI ISLAM:
AKIDAH YANG TERTUKAR?
Oleh: Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum.
NATALIUS PIGAI, Dia seorang Nasrani (Katolik) tetapi pembelaan terhadap marwah umat muslim di Indonesia, termasuk USTADZ ABU BAKAR BAASYIR tiada bandingnya.
Sementara yang muslim justru makin memojokkan dan seolah mempersulit ruang gerak AAB yang menurutnya tidak pernah terbukti melakukan tindakan terorisme seperti yang dituduhkan. Ia juga menyampaikan atas laporan anak buahnya yang menyatakan bahwa betapa AAB diperlakukan tidak adil ketika menjalani hukumannya di LP Nusakambangan, khususnya dalam hal menjalankan ibadah.
Satu hal lagi pernyataan yang menohok dari Pigai adalah: tidak ada Islam intoleransi dan tidak ada Islam teroris, yang ada adalah CARA PANDANG PEMIMPIN YANG INTOLERANSI DAN RADIKAL.
ROCKY GERUNG, ia pun seorang Nasrani yang care (peduli) terhadap umat Islam. Ia menyatakan bahwa presiden telah membuat hoax yg lalu digugat oleh bawahannya sendiri. Presiden dinilai seolah mencuri start untuk menambah elektabilitas dengan melakukan perbuatan yg sebenarnya tidak dilakukan pun memang akan terjadi. Ia mencontohkan soal pembagian sertifikat dan pembebasan bersyarat bagi AAB. AAB dikatakan sebagai "premi" asuransi elektabilitas Jokowi selain Ma'ruf Amin yang tidak lagi cukup sebagai premi asuransi politik Jokowi tetapi salah konsep. Ia juga menilai Presiden tidak punya konsep penegakan hukum dan perlindungan HAM. Itu kekacauan ditumpuk berturut-turut.
Ada kesalahan koordinasi dalam penegakan hukum dan jalannya pemerintahan dan terlalu banyak koki sehingga sup yang hendak dihidangkan dalam pesta demokrasi justru tumpah ruah.
Sebenarnya ada hukum alam untuk mempertahankan kelangsungan tubuh dengan bunuh diri sel yang rusak supaya tidak merusak hingga timbulkan cancer. Siapa yang seharusnya bunuh diri di lingkungan istana atau kekuasaan? Tapi bukan bunuh diri tetapi justru dikasih antibiotik yang tidak akan menyembuhkan. Persoalan ini AAB itu apakah kedunguan star trex istana, ataukah upaya sengaja untuk merongrong legitimasi presiden Jokowi.
Di istana sedang ada Black Market of Justice (PASAR GELAP KEKUASAAN (KEADILAN)) yang sulit dideteksi siapa pemain utamanya. Tapi itu adalah ongkos yang berbahaya untuk kehidupan demokrasi di negeri ini.
Benarkah begitu?
__
Sumber: fb penulis