"PDIP masih paling banyak dipilih muslim tapi dengan jarak yang sangat tipis atau masih di bawah margin of error dengan Gerindra," ujar Peneliti LSI, Rully Akbar di Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (20/2).
Meski unggul, grafik PDIP di segmen pemilih Islam terbilang menurun dari survei-survei sebelumnya. Pada Agustus 2018 pemilih Islamnya 23,2 persen. Kemudian turun di September menjadi 22,4 persen.
Sempat menguat di Oktober menjadi 23,7 persen. Berjarak sebulan turun lagi menjadi 21,8 persen. Di akhir tahun 2018 menjadi 24,6 persen dan sekarang 18,4 persen.
Menurut Rully, penurunan elektabilitas ini dikarenakan adanya reuni akbar 212 dan ijtima ulama. Sehingga membuat suara ke PDIP pecah.
"Kekuatan 212 dan Itjima ulama dan sebagainya justru memperkuat barisan Prabowo-Sandi, sehingga otomatis jika pemilih Jokowi tak kuat di pemilih muslim. Yang mengambil keuntungan dari pemilih muslim adalah Partai Gerindra dan Prabowo-Sandi," kata Rully.
Sementara itu penguatan pemilih muslim terjadi di partai Gerindra. Pada Agustus 2018 pemilih Islamnya 13,8 persen. Kemudian hanya mengalami penurunan sedikit di September menjadi 13,8 persen. Setelah itu konsisten naik bertahap sampai 16,6 persen.
Sebagai informasi, survei LSI ini dilakukan pada rentang waktu 18-25 Januari 2019 di 34 provinsi. Sebanyak 1.200 responden dilibatkan dengan metode multistage random sampling ditambah wawancara tatap muka. Margin of error survei di angka 2,8 persen. [jp]