1. Saya ini mantan wartawan. Istilah kini adalah wartawan senior. Meskipun menjadi dosen, termasuk di Lemhannas, diplomat, tetapi naluri wartawan tak pernah padam. Apa inti naluri wartawan?
Dulu kami peka terhadap keadilan dan kebenaran. Kami punya sense of missionsebagai pejuang
2. Sekarang bagaimana wartawan kita? Wah payah, hanya segelintir masih memelihara idealisme dan profesionalisme. Karena kini yang menentukan isi dan arah berita adalah pemilik media. Tauke-tauke itu.
3. Kalau saya masih aktif kini, saya akan quit kalau diatur-atur toke2 itu bagaimana mengemas berita dan opini apa yang bisa membantu mencerahkan rakyat. Bukan untuk kepentingan toke2 itu. Ini bukan saja memalukan tetapi menghina profesionalisme saya.
4. Jaman sekarang parah. Mayoritas media arus utama sudah either menjadi bagian konspirasi bisnis dan politik, atau menjadi bagian dari perpanjangan tangan kepentingan luar. Ini tak boleh terjadi, jika para insan pers masih memiliki idealisme dan sadar sbg alat perjuangan.
5. Contohnya kejadian stand-off polisi dan demonstran di Bawaslu media cenderung memberikan gambaran yang sengaja diopinikan against Islam. Ini provokasi, karena para pendemo damai2 saja sampai ada provokator bayaran. Entah oleh siapa. Tapi tahulah kita ini permainan cukong2 itu.
6. Jika di dlm negeri menjadi bagian dari kepentingan cukong berkonspirasi dengan politik, yg lebih parah adalah seakan2 pers tak menyadari telah dijadikan bagian dari jaringan kepentingan luar: AS atau China (RRT)!
7. AS ga kapok, 5 thn lalu memberi check kosong kepada China bhw Indonesia akan di take-over ISIS karena itu RRT mau bantu AS untuk memerangi Islam di Indonesia karena khawatir terinfiltrasi oleh ISIS. Ujung2nya RRT meraup keuntungan besar: politik dan ekonomi.
8. Kini AS kayaknya masih percaya bualan RRT, bhw Indonesia kini sedang di take-over oleh Khilafah. Biar kami yg bereskan, kata RRT. Maka mereka bekerjasama dengan unsur khianat di dlm negeri. AS masih tak sadar.
9. AS tak sadar bhw RRT punya agenda strategis di RI. Jika RI takluk, maka ASEAN takluk, dan ini prasyarat menguasai Asia Pasifik. Jika Asia Pasifik dikuasai maka akan dengan mudah AS tergusur.
10. Cuma RRT dan AS kayaknya ga sadar bhw menaklukkan Indonesia itu tidak mudah. Pertama, kita sadar ada agenda khianat sedang dimainkan dengan menggunakan kekuatan RRT. Indonesia menjadi game-changer!
11. AS ga sadar ada agenda komunis sedang dimainkan RRT di Indonesia. Para hoakiau kini telah menjadi instrumen dan siap mendukung leluhur! Mereka lebih loyal ke Beijing drpd kepada negeri tempat kost, istilah mereka. Loyalitas tak boleh ganda.
12. Kita sadar, dari sejak ribuan tahun lalu China ingin taklukkan Indonesia. Yg terakhir ikut mendompleng gerakan 30/S PKI. Baperki ikut main ketika itu. Untunglah kudeta pekai gagal. Dan RRT masih lemah. Kini?
13. Kini gawat! RRT kuat secara ekonomi, militer, dan politik. RRT juga ingin ikut mengatur urusan dalam negeri kita: siapa yang bisa memimpin siapa yang bukan. Siapa yg bisa menjadi partner dagang siapa yg bukan!
14. Untuk sasaran stragegisnya tak segan2 RRT membangun media, koran, TV, bahkan parpol yang menjadi pendukung agendanya. Ini mengerikan, dan orang Indonesia tak sadar, atau pura2 pingsan..
15. Dalam satu diskusi di Medan, strategi penguasaan RRT terhadap Indonesia saya bahas. Termasuk penguasaan media. Jika dulu mendompleng parpol yg ada, kini RRT mendirikan parpol sendiri di Indonesia. Taulah kita parpol apa itu..
16. Ini yg dari awal saya maksudkan 'framing' kini dilakukan oleh media yang dikuasai toke2 itu bhw para pendemo adalah orang2 radikal yang ingin mekakukan makar. Apakah AS sadar?
17. Menurut saya AS sadar China sedang bermain di wilayah pengaruhnya sendiri. Mereka sudah membagi wilayah pengaruh? AS belum ikhlas Asia Pasifik menjadi wilayah pengaruh RRT. Tetapi AS juga punya agenda 'anti Islam', mendukung posisi Israel..
18. Cuma orang Indonesia sadar gak? Baik China maupun AS ingin 'menetralisir' Indonesia dari pengaruh Islam. Indonesia hrs menjadi 'sekuler'. Bagi AS artinya 'separation of church and state' agar mudah menjadi bagian dari kapitalisme dan liberalisme. Islam ancaman bagi AS..
19. Terus RRT? Ingin mengikis Islam agar menjadi sekuler, agar suatu ketika gampang dijadikan komunis. Ini agenda lama, gagal di tahun 1965 kini ingin dihidupkan kembai. Jadi baik AS maupun RRT ingin agar Indonesia menjadi sekuler, sbg sasaran antara..
20. Saya pernah tinggal 6 thn di AS, nyaman2 saja karena Islam tidak ditindas di AS. Bhw kelakuan AS thd Islam beda itu dalam urusan luar negeri. RRT sadis di dlm negeri. Muslim dipaksa makan babi dan minum alkohol. Madrasah ditutup..
21. Jadi sedih hati saya, sbg pengamat media saya sedih, mengapa insan pers kita membisu, ketika negeri ini sedang ditaklukkan oleh RRT melalui proxy dan hianat2 di dalam negeri.. Ini ga boleh terjadi. Menjadi negeri taklukan RRT itu akan menempatkan Islam spt di Uyghur..
22. Kesimpulannya: jika media mainstream masih mem-framing opini menyudutkan Islam ini tidak menolong, counter-productive dan akan lebih mempersulit tercapainya kesepakatan nasional asli opini anak negeri tanpa dipengaruhi oleh agenda titipan RRT?
23. Begitulah pengamatan dan catatan saya sementara. Nanti kita lanjutkan lagi.. END
14. Untuk sasaran stragegisnya tak segan2 RRT membangun media, koran, TV, bahkan parpol yang menjadi pendukung agendanya. Ini mengerikan, dan orang Indonesia tak sadar, atau pura2 pingsan..— Haz Pohan (@hazpohan) May 23, 2019
21. Jadi sedih hati saya, sbg pengamat media saya sedih, mengapa insan pers kita membisu, ketika negeri ini sedang ditaklukkan oleh RRT melalui proxy dan hianat2 di dalam negeri..— Haz Pohan (@hazpohan) May 23, 2019
Ini ga boleh terjadi. Menjadi negeri taklukan RRT itu akan menempatkan Islam spt di Uyghur..
(Sumber: Twitter @hazpohan23/5/2019)
___
*Hazairin Pohan (Haz Pohan) adalah mantan wartawan harian Waspada Medan.
Pria kelahiran Pematangsiantar, Sumatera Barat ini juga seorang diplomat yang malang melintang:
- Duta Besar RI untuk Polandia (2006 - 2010)
- Staf Bidang Politik di KBRI di Moskow
- Kabid Politik di KBRI Sofia
- Kepala Bidang Politik I di PTRI New York
- Direktur Eropa Tengah dan Timur (2002 - 2006)