Menurut Rizal, kalahnya partai besar itu karena melupakan garis ideologi nasionalis. Sehingga ditinggalkan rakyat dengan tidak memilih pasangan yang partai-partai besar itu usung.
"Mereka merupakan garis ideologis nasionalis, harusnya loyal terhadap cita-cita nasionalisme, loyal terhadap trisakti," ujar Rizal Ramli yang ditemui di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, Jumat (29/6).
Namun demikian, pria berjuluk 'Si Rajawali Ngepret' ini enggan mengungkapkan siapa partai besar yang mengalami kekalahan tersebut. Dia hanya mengaku partai itu telah meninggalkan nilai-nilai Trisakti yang digagas oleh Presiden Indonesia pertama Soekarno.
"Dalam perjalannya partai itu meninggalkan nasionalisme, meninggalkan trisakti. Mereka hanya menggunakan nasionalisme sebagai slogan, sebagai romantisme, sebagai ikatan emosional," katanya.
Oleh sebab itu apabila partai tersebut terus meninggalkan nilai-nilai Trisakti. Maka bisa dipastikan akan semakin ditinggalkan oleh rakyat. Sehingga partai besar itu akan kembali mengalami kekalahan di Pulau Jawa.
"Terbukti pilkada serentak kemarin menunjukkan partai yang meninggalkan nasionalisme tentu akan ditinggalkan oleh rakyat," ungkapnya.
Kalahnya partai besar di Pulau Jawa ini juga menunjukkan rakyat menginginkan adanya perubahan kepala negara. Hal ini ia buktikan karena telah berkeliling ke beberapa wilayah di Indonesia. Rakyat menginginkan adanya pemimpin yang baru.
"Mereka capek hidup kayak gini. Ekonomi susah, lapangan kerja nyaris kecil, dan kalangan bisnis capek ekonomi payah ekonomi rontok. Saya mohon maaf Pak Jokowi, saya mau katakan tim ekonomi Pak Jokowi tidak mampu mengatasi situasi seperti ini," pungkasnya. [jawapos]