"Kalau menurut kami orang tua, anak kami sehat. Kok bisa ada virus HSP (Henoch-Schonlein Purpura) itu masuk ke badan anak saya. Berarti ada virus baru, sedangkan saat saya tanya apa itu virus HSP? Ibu dokter tidak bisa jelaskan dengan bahasa Indonesia dan cuma jawab ya gitu," kata Abdul Halim saat diwawancarai detikcom, Jumat (31/8/2018) di rumah sakit.
Abdul Halim mengatakan seorang dokter harus bisa menjelaskan secara detail soal penyakit yang diderita pasiennya. Tentunya, dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak menggunakan istilah kedokteran.
Abdul Halim mengaku selalu mengontrol anaknya usai suntik imunisasi Masles Rubella (MR). Dari pengamatannya, bintik-bintik di tubuh Nurfauziah muncul selang satu hingga lima hari usai disuntik imunisasi baru kemudian putrinya itu tak bisa berjalan.
"Kita kan tidak punya legalitas untuk memeriksa sendiri dan kita tidak paham, yang tahu kan dokter hasil apapun ya dokter, intinya kita minta publikasi ke masyarakat agar paham. Apalagi dokter tersebut panitia vaksin MR, kalau ada sakit juga dia yang bertanggungjawab nantinya, intinya minta penjelasan ke masyarakat, jangan saat ditanya ya itu," jelasnya.
Saat ini Abdul Halim mulai bernafas lega. Sebab keadaan Nurfauziah kini sudah mulai membaik dan kakinya sudah bisa digerakkan. Dia berharap, peristiwa serupa tidak dialami anak-anak lainnya di Bangka Belitung, khususnya Pangkalpinang. (detik)