Amien menyampaikan, selain struktur bangunan, kondisi tanah bisa menjadi paramater untuk melihat efek yang ditimbulkan gempa. Tanah memiliki karakteristik yang berbeda saat dikenai beban gempa. Tanah bisa mengalami likuefaksi dan amplifikasi.
Likuefaksi merupakan peristiwa yang terjadi pada tanah yang memiliki lapisan pasir. Di dalam tanah tersebut terdapat air dalam kondisi jenuh yang kemudian akan mendorong ke atas serta mengakibatkan pasir dan air langsung keluar. Peristiwa tersebut terjadi dalam gempa Palu lalu.
Dia menambahkan, masih ada kemungkinan terjadinya likuefaksi di wilayah Surabaya. Hal tersebut disebabkan, selain endapan rawa, terdapat tanah yang berjenis endapan pasir pantai. Namun, dia melanjutkan, perincian luas tanah yang terdampak belum bisa ditentukan karena sifat penelitian tanah yang berlangsung hanya memindai lapisan.
Kepala laboratorium geofisika teknik dan lingkungan itu mengungkapkan, kawasan Surabaya Timur dan Utara yang jenis tanahnya berupa endapan rawa lebih berpotensi mengalami amplifikasi atau penguatan gelombang gempa.
Amplifikasi tersebut merambat melalui tanah yang lunak dan menghasilkan amplitudo yang besar. Pembesaran itulah yang akan memengaruhi energi dari gempa tersebut. “Dengan kata lain, kekuatannya akan berlipat beberapa kali,” tandasnya.
Amien menyebutkan bahwa pemadatan tanah menjadi salah satu solusi untuk dilakukan. Selain itu, penggunaan fondasi tiang pancang pada bangunan bertingkat bisa dilakukan untuk mengurangi dampak amplifikasi. (elo/c25/ayi) jpnn