Pakar Spiritual
DALAM kurun 23 hari usai Pemilu ratusan jiwa melayang dan diyakini akan terus bertambah mengingat masih ada petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang masih dirawat di rumah sakit.
Apa yang menyebabkan semua ini terjadi? Mungkinkah karena faktor kelelahan, penyakit bawaan atau ada sebab lainnya?
Ada rumor yang mengatakan bahwa korban akan mencapai 1.000 jiwa hingga tanggal 22 Mei nanti karena ini adalah tumbal pesugihan demokrasi.
Ada pula yang mengatakan hal ini wajar saja karena para petugas bekerja 24 jam lebih sehingga kelelahan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa para petugas diracun, dan berbagai spekulasi terus bermunculan di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Terlebih lagi ketika belasan orang pendemo di depan Bawaslu, beberapa waktu lalu, harus dilarikan ke rumah sakit akibat keracunan makanan yang diberikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Dari kacamata spiritual, tewasnya ratusan petugas KPPS karena dipengaruhi kekuatan besar yang kasat mata. Ketika rakyat menginginkan perubahan, ada sosok-sosok besar dan menyeramkan yang sengaja diturunkan oleh satu kekuatan spiritual untuk menggagalkan perubahan.
Kekuatan-kekuatan lain dari alam gaib itu sengaja diundang sekelompok paranormal atau dukun untuk mempengaruhi jiwa-jiwa manusia yang rapuh dalam iman dan ketakwaan. Sekelompok dukun ini sengaja digunakan untuk memperkuat upaya mendapatkan Wahyu Keprabon agar dapat meraih kekuasaan yang sesungguhnya bukan miliknya.
Kekuatan besar itu menggerakkan pikiran orang-orang untuk berbuat keji dengan berbagai cara dan upaya agar tujuan seseorang dan kelompoknya itu dapat tercapai kendati harus menghilangkan nyawa orang lain.
Pasukan dari dunia lain itu telah berperang di bawah satu komando pimpinan raja dari segala raja setan yakni Iblis atau Lucifer sehingga di atas wilayah Indonesia sedang diselimuti awan atau aura gelap, yang bila tidak segera diantisipasi akan berubah drastis menjadi badai besar. Karena aura gelap itu terasa semakin suram.
Saat ini Iblis atau Lucifer dan pasukannya sudah berada di atas angin dan sangat bersemangat untuk memenuhi zaman kegelapan atau goro-goro. "Senjata" pun telah ditempa dan dilengkapi dengan sepenuh hati dan ditanamkan di dalam pikiran setiap manusia yang telah dipengaruhi. Segala persiapan dan kekuatan kian dimatangkan. Dan posisi mereka kini sudah sangat dekat, tepat di depan gerbang kenyataan dunia ini.
Hal itu dapat terlihat dari banyaknya orang yang tidak dapat lagi membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk dan para pemimpin seakan tutup mata melihat ketidakadilan yang tengah terjadi. Yang benar disalahkan dan yang salah dipuja-puja.
Menutupi kejahatan dengan pembenaran. Prilaku pemimpin di luar kepatutan dengan mengadakan ritual yang dibungkus dengan budaya.
Di samping itu, alam pun menunjukkan reaksinya. Menolak hal-hal yang jahat di atas bumi persada. Gempa bumi, erupsi gunung berapi, banjir, longsor, tsunami dan bencana tak terduga lainnya. Perubahan iklim yang seharusnya kemarau ternyata masih diselimuti awan mendung dan hujan.
Bukankah sebaiknya goro-goro di depan mata segera dihentikan? Dan tragedi kemanusiaan dari pesta demokrasi ini segera dicari tau agar tidak ada wasangka di antara anak bangsa? Bukankah nyawa lebih berharga daripada sejumlah suara yang diperebutkan? Di mana empati pemimpin bangsa ini?
Ketika pemimpin sudah tidak lagi menjadi panutan dan berperilaku secara moral bermasalah, sehingga masyarakat kehilangan orientasi nilai, maka peran para pemuka agama saat ini sangat dibutuhkan untuk melawan kuasa gelap yang tengah melanda negeri ini.
Untuk itu diperlukan Tobat Nasional baik berupa rukyah atau eksorisme yang artinya membersihkan diri dari Setan atau Roh Jahat. Atau ritual keagamaan lainnya. [rmol]